aku sedang tidak menangkap pancaran sinar di matanya
bukan tidak ingin,
bukan tidak mampu
hanya tidak bisa.
aku tidak tahu kenapa, tapi rasanya berbeda
seperti kopi yang kehilangan pahitnya
atau pagi yang kehilangan sejuknya
perhatiannya memudar.
entah mengapa, aku sendiri juga tidak tahu
aku tidak ingin berspekulasi
apalagi berprasangka yang tidak-tidak
aku terdiam dalam harap
menunggu cahayanya kembali
aku bisa cukup tenang untuk mengatakan
"aku cuma perlu bersabar sedikit saja,"
tapi tidak.
di dalam, hatiku dan otakku berkecamuk.
ku hempas keraguan yang merayap.
ku abaikan dan terus ku redam.
meski begitu tetap ada pertanyaan,
sampai dimana batas ketahananku?
aku harap cukup.
No comments:
Post a Comment